Edisi Minggu, 30 Juni 2013
Modernitas memerlukan biaya, tak bisa gratis begitu saja. Ongkos paling kasatmata bisa berupa benda material, namun bisa juga barang tak tampak mata yang lebih halus dan ideologis sifatnya. Modernitas diperjuangkan. Ia tak datang dengan sendirinya dan otomatis melekat pada diri seseorang. Modernitas harus ditampakkan, karena ia adalah etalase di mana prestise bisa dipamerkan.
Baca Selengkapnya
Ide di Edisi Lainnya
Edisi Minggu, 23 Juni 2013
Dian R. Basuki,
PEMINAT ISU-ISU SAINS
Sejauh ini, awal abad ke-19 Masehi mungkin dapat dicatat sebagai masa awal bersemainya spirit ilmu pengetahuan di Indonesia. Hampir berbarengan dengan sebagian wilayah di Eropa Barat yang dirundung semangat pencarian para naturalis, seperti diwakili oleh Charles Darwin (1809-1882), apa yang disebut rasionalitas ilmiah mulai ditanamkan di negeri ini. Menarik bahwa upaya penyemaian tersebut bukan dimulai dari universitas, melainkan melalui kegiatan penelitian dan pembentukan lembaga riset.
Dengan seizin penguasa kolonial, Profesor Caspar Reindwardt-ahli botani keturunan Jerman-membangun Lands Plantentuin te Buitenzorg pada 1817, walaupun gagasan mengenai taman botani ini sudah diajukan sebelumnya oleh ahli biologi, Abner. Reindwardt menanam sekitar 900 jenis tanaman yang dihimpun dari seluruh Nusantara, dan saat ini diperkirakan koleksinya mencapai 15 ribu jenis.
PEMINAT ISU-ISU SAINS