maaf email atau password anda salah
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Belum Memiliki Akun Daftar di Sini
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Ubah No. Telepon
Ubah Kata Sandi
Topik Favorit
Hapus Berita
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Ubah Data Diri
Jenis Kelamin
Kekalahan Timnas Garuda dalam kompetisi AFF Suzuki Cup 2012 di Malaysia bisa jadi karena doa rakyat Indonesia tidak bulat. Pihak yang pro-Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI), seperti PSSI pimpinan La Nyala Mattaliti, klub-klub di bawah naungan ISL, serta media ANTV dan TV One, sangat wajar jika tidak turut mendoakan agar Timnas Garuda menang.
Saya ingin menanggapi artikel Koran Tempo, Selasa, 27 November 2012, berjudul "Hilangnya Hakikat Politik" karya Agus Sudibyo. Bahwa politik yang hakiki seperti yang ditekankan oleh para filsuf republikan, seperti Aristoteles, sangat kontras dengan kehidupan kita. Krisis hakikat politik tidak hanya terjadi pada tataran tindakan politikus yang berpikir transaksional, tetapi juga pada tataran kesadaran atau persepsi masyarakat yang sedang mengalami kegersangan hidup (the desert of life) tentang bagaimana seharusnya politik dijalankan. Ada dua poin penting yang kemudian harus kita cermati. Pertama, sistem perekrutan para politikus di negeri kita. Yang kedua, bagaimana pendidikan politik kepada masyarakat sekarang ini.
Tuntutan buruh terhadap upah yang layak serta kesejahteraan yang meningkat tampaknya menjadi sesuatu yang mutlak harus diselesaikan. Pergerakan ekonomi tidak akan berjalan lancar jika aktivitas buruh terhenti hanya karena mogok kerja, harus ada jalan keluar terbaik dalam konflik antara buruh dan pengusaha yang kini sedang dialami di berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Kita mesti bangga kepada Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, Indonesia mempunyai banyak ragam warisan budaya, seperti salah satunya tenun Indonesia. Warisan budaya ini merupakan warisan asli nenek moyang Indonesia yang harus kita pertahankan sebagai budaya nasional. Pelestarian tenun sebagai bagian dari warisan budaya adalah tanggung jawab kita bersama sebagai masyarakat Indonesia yang cinta akan kebudayaan kita.
Potensi perkiraan akan kebutuhan energi minyak dan gas di Indonesia saat ini hanya berkisar 6 juta barel. Indonesia kini membutuhkan energi tersebut terbarukan, sementara Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menantang semua stakeholder yang ada di Indonesia untuk sama-sama mencari solusi terbaik agar kebutuhan akan migas tidak habis. Salah satunya adalah wilayah yang berpotensi menghasilkan migas digarap kembali.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.